Selasa, 20 Maret 2012

MERATAPLAH ANAK NEGERI



(Untukmu yang masih memiliki NURANI….?????)

Aku berdiri menatap indahnya persada
Di sana gugusan nusa terbentang
Berhiaskan padang rimba, jurang dan ngarai
Ada pepohonan yang menjulang tinggi beralaskan permadani
Di antara liukan sawah yang menghijau
Serta aneka satwa yang menambah indahnya negeriku….
Di dalam rahimmu terpendam harta berlimpah….Kebanggaan anak bangsa
Sang pertiwi yang dulu permai penuh nirmala…
Kini perlahan mulai beranjak pergi….menggoreskan luka …meninggalkan jejak yang rapuh..
Tangan-tangan jahil tanpa nurani merenggut nirmalamu
Mengeruk dan mengorek rahim sang pertiwi…Tanpa ada rasa salah
Yaahhhhh…..semuanya karena nurani telah buta oleh sekeping uang
Harta semu yang membelenggu jiwa hingga manusia kian serakah…..
Lirikan mata penuh nafsupun masih mengembara di sudut-sudut pertiwi
Menerawang dan meneropong setiap onggokan yang beharga
Lantas memporakporandakan segala yang ada
Tak peduli pada suara-suara kecil yang menjerit dan merintih mempertahankan persada
Dengan gada besi segalanya menjadi sangat mudah
Bahkan jika nyawa adalah taruhan maka semua yang menghalangi akan termusnahkan….
Sebagian anak bangsa di negeri ini telah dimabukkan oleh kesenangan sesaat
Mereka tertawa di atas puing-puing kehancuran pertiwi
Tertawa di atas linangan air mata masyarakat kecil dan tertindas….
Wahai….anak negeriku merataplah……merataplah….merataplah…..
Merataplah  bersama ibu pertiwi yang kini terluka….
Merataplah terhadap setiap tirani yang membelenggu jiwa
Merataplah terhadap setiap kekerasan yang terbalut dalam topeng kemanisan….
Merataplah atas keadilan yang telah pergi menjauh darimu….
Dan wahai kau manusia serakah……
Segala yang ada takkan kau bawa  ke liang kubur….
Ketika maut menjemputmu….hanya sepotong kain yang membalut ragamu yang fana….






Senin, 19 Maret 2012

Bahasa Kalbu


Ku kidungkan simfoni kalbu
Berbaur dalam tembang damai Ilahi
Bergema di antara liku kehidupan
Bergetar dalam nada kasih
Terpantul merasuk dalam kisi-kisi imajinasi.


Ku kayuh langkahku di padang gurun kala itu
Kegersangan mendera raga lemah
Menambah kekeringan rasa
Dimangsa kesepian nurani
Menabur rancu......kacau.......


Tertegun aku merenung
Sepintas terlintas memori silam
Kupandang tapak-tapak kembara
Berkelana seakan tiada lelah
Menabur kasih di tengah dunia.


Oh...Musafir cinta.....
Jangan pernah menyerah
Menggapai asa...meraup cita...
Bila di sana oase kasih menanti
Pastikan langkah tetaplah berjalan.


Meski bayu merayu sayu
Teruslah berpacu dalam irama syahdu,
Meski nada sumbang menggetarkan
Tegarlah hati meniti impian,
Meski gelora lautan menghimpit,...tetaplah berlayar.



Terik mentari siang tak abadi
Karena senja akan datang menjemput,
Kelam malam tak kekal,
Karena surya pagi akan bersinar.
Dan bila kabut pekat menyelimut,
Kabutpun akan berlalu.
Karena kuyakin Tuhan pegang tanganku.
membuatku bertahan,Meniti imppian suciNya.